Selasa, 03 April 2012

Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan (Makalah di UNISSULA semarang) Dosen Hj.Marsiyem


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang

Filsafat adalah sumber dan dasar dari cabang-cabang filsafat yang lain termasuk didalamnya adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu dari berbagai kalangan filsuf dianggap sebagai suatu cabang filsafat yang sangat penting dan mesti dipelajari secara mendalam. Filsafat tentunnya sangat berbeda dengan ilmu karena untuk mengkaji dan mengetahui apakah sesuatu itu adalah ilmu ternyata dasarnya adalah dengan jalan berfikir secara mendalam atau berkontemplasi.
Dalam perumusan suatu ilmu ataupun pengetahuan sebelum secara konkrit disebut sebagai ilmu dan pengetahuan tentunya ada rumusan yang dianggap mampu memberikan nilai-nilai yang mendekati suatu kesempurnaan berfikir sehingga pada akhirnya sesuatu itu dikatakan sebagai ilmu atau pengetahuan. Dalam kajian itupula ternyata harus melalui suatu proses yang oleh parah ahli disebut berfilsafat.
 Filsafat secara umum adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran, secara khusus terdapat banyak perbedaan pendapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu menggunakan rationalisme atau mengagungkan akal, materialisme atau mengagungkan materi, idealisme atau mengagungkan ide, hedonisme mengagungkan kesenangan dan atau stocisme mengagungkan tabiat saleh.[1]
Filsafat ilmu dan filsafat tidak dapat dipisahkan bahkan jikalau diibaratkan keduanya seperti mata uang logam atau dua sisi yang saling terkait. Untuk memahami secara umum kedua sisi tersebut maka perlu pemisahan dua hal itu yaitu filsafat ilmu disatu sisi sebagai disiplin ilmu dan disisi lain sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya dan filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Secara sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai kedasar suatu persoalan, yakni berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman deskriptif, evaluatif, interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa Asy’ari menyatakan bahwa filsafat adalah berfikir bebas, radikal, dan berada pada dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalang-halangi kerja pikiran. Radikal artinya berfikir sampai ke akar-akar masalah (mendalam) bahkan sampai melewati batas-batas fisik atau yang disebut metafisis. Sedang berfikir dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan suatu yang terkandung didalamnya. Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran, keindahan ataupun kebaikan.
 Sedangaka Ilmu dapat disimpulkan sebagai sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, obyektif, dapat diukur, terbuka dan komulatif (tersusun timbun)[2]
Dalam gambaran tntang filsafat dan ilmu diatas maka dalam penulisan makalah ini di berikan judul “HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN”




1.2.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah  bagaimana kajian filsafat terhadap filsafat ilmu pengetahuan.

1.3.       Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
Untuk mengetahui kajian filsafat terhadap Filsafat ilmu pengetahuan.


`BAB II
PEMBAHASAN
2.1.   Gambaran Tentang filsafat
2.1.1 Sejarah Penemuan filsafat
Filsafat dalam pandangan barat diperkirakan  muncul pada abad ke- 7 sebelum masehi di yunani. dalam Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan disekitar  mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentarkomentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.[3]

2.1.2 Filsafat Dalam Pandangan Para Ahli
Beberapa pandangan para ahli tentang filsafat telah terdapat dalam berbagai macam literatur dan hampir semua disiplin ilmu, bahasan tentang filsafat adalah salasatu objek telaah yang menarik untuk didiskusikan. Berikut beberapa pandangan:

Phytagoras  572-497 SM
Ditasbihkan sebgai orang yang pertamakali menggunakan kata fhilosofia yangberarti pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom) bukan kebijaksanaan itu sendiri.
Menurut Descartes (1596–1650), filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,
Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Plato ( 428 -348 SM )
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Aristoteles  (384 – 322 SM)
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.


Al Farabi
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Cicero ( (106 – 43 SM )
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1.      Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2.      Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3.      Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
4.      Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.


Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
Sidi Gazalba
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
Harold H. Titus (1979 )
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian    (konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Hasbullah Bakry
Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Prof. Mr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
filsafat secara umum adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran, secara khusus terdapat banyak perbedaan pendapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu menggunakan rationalisme atau mengagungkan akal, materialisme atau mengagungkan materi, idealisme atau mengagungkan ide, hedonisme mengagungkan kesenangan dan atau stocisme mengagungkan tabiat saleh.
2.2.   Tentang Ilmu Pengetahuan
2.2.1 Pengertian ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui,memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui).  Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu (Kamus Bahasa Indonesia, 1998)

Encyclopedia Americana
Dalam Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dans istematis.
Paul Freed man
dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas manusia yang dengan melakukan nya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
S.ornby
mengartikan ilmu sebagai susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan percobaan dari fakta-fakta.
Poincare
Menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi.
Tidak dapat di pungkiri bahwa dalam proses untuk memperole suatu ilmu adalah dengan melalui pedekatan filsafat.
Menurut Dr.Slamet Ibrahim.Pada zaman Plato sampai pada masa Al-Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu pengetahuan. Perkembangan daya berfikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh perkembangan ilmu yang didukung oleh teknologi. Wilayah kajian filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan degan wilayah kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi. Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih praktis. Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas, umum, dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga filsafat dapat ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak mungkin dapat dijangkau oleh ilmu.[4]
2.2.2 Tujuan Ilmu dalam lingkup filsafat ilmu
Ilmu pengetahuan adalah salah satu objek kajian dari filsafat ilmu yang merupakan cabang dari filsafat. Yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah studi sistematik mengenai sifat hakikat ilmu,khususnya yang berkenaan denganmetodenyadan kedudukannyadidalam skema umum disiplin ilmu.Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapatlah dicermati rangkuman ranah telaah yang tercakup dalam filsafat ilmu, seperti berikut :
Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap symbol-symbol yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran tentang system symbol yang digunakan. Telaah kritis diarahkan untuk mengkaji ilmu empirik dan juga ilmu rasional, juga untuk membahas studi-studi bidang etika dan estetika, studi sejarah, antropologi, geologi dll.
Metode yang diangkat biasanya dinyatakan dengan istilah induktif, deduktif, hipotesis, data, penemuan dan verifikasi. Selanjutnya secara mendalam dinyatakan dengan istilah ekperimentasi, pengukuran, klasifikasi, dan idealisasi.
Filsafat ilmu adalah suatu upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep dan upaya membuka tabir dasar-dasar empiris (ke-empirisan) dan dasar-dasar rasional (ke-rasionalan). Aspek filsafat sangat erat hubungannya dengan hal ihwal yang logis dan etimologis. Sehingga peran yang dilakukan adalah ganda. Pada sisi pertama filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap “anggapan dasar”, seperti waktu, ruang, jumlah /kuantitas, mutu/kualitas dan hukum. Sisi lain filsafat ilmu menelaah keyakinan menganai penalaran proses-proses alami.
Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri dari beberapa kajian, yang diajukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Juga berperan untuk menganalisis hubungan atau antar hubungan yang ada pada kajian satu terhadap kajian yang lain.
Tujuan filsafat ilmu adalah
-                 Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memeahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu
-                 Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
-                 Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
-                 Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
-                 Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentagan.[5]
2.3.   Hubungan Antara Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Gerard Beekman dalam bukunya (1973) filsafat, para filsuf, berfilsafat menyatakan bahwa filsafat memainkan peranan dalam hubungannya dengan semua ilmu pengetahuan. Filsafat tidak harus mengirim imformasi dari sisi ilmu pengetahuan,  tapi harus memberikan ilmu pengetahuan.[6]
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu berbagai pengertian tentang filsafat dan ilmu sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka berikutnya akan tergambar pula. Pola hubungan antara ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan antara ilmu dan filsafat, terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato, bahkan sampai masa al  Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam daya perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan ole manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian? Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen.[7]
Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.
Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Lalu jika demikian, dimana saat ini filsafat harus ditempatkan?
Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia yang memiliki sifat untuk terus maju.
Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu.
Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.
Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan filsafat serta cara kerja ilmuwan dan filosofis, memang mengandung sejumlah persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan.
Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan kemana akhirnya.
Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan.
 Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu.
Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu.

Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan Ilmu
                   
Persamaan dan Perbedaan
filsafat
Ilmu
ü  Keduanya mencari Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelidiki obyek yang selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
ü   
ü   
ü  Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian ayng kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya
ü   
ü   
ü  Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
ü   
ü   
ü  Keduanya mempunyai metode dan sistem.
ü   
ü   
ü  Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
ü   
ü   




[1] Hj.Marsiyem,SH.,MH. disampaikan dalam kuliah pada fakultas  hukum program magister ilmu hukum Unissula dalam kumpulan materi filsafat ilmu Tanggal 28 januari 2012.
[2] Hj. Marsiyem.SH.,MH. disampaikan dalam kuliah pada fakultas  hukum program magister ilmu hukum Unissula dalam kumpulan materi filsafat ilmu Tanggal 28 januari 2012.




[3]  Filsfat ilmu dan metode riset. http://filsafat ilmu dan metode riset. semarang
[4] Dr.Slamet Ibrahim. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan. ITB
[5] Faudzan arrasyid.2011.filsafat ilmu
[6] Geral Beekman. Filsafat, Para Filsuf, Berfilsafat. Terjemahan RA rivai 1973
[7] Filsafat ilmu indah.http//filsafat ilmu indah.2012

3 komentar:

  1. analisisnya belum ada, kemudian kritik sosial pada dunia pengetahuan di indonesia apa sebaiknya langkah yang perlu diambil pihak akademi maupun pemerinyah

    BalasHapus