BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Filsafat adalah sumber dan dasar dari cabang-cabang
filsafat yang lain termasuk didalamnya adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu dari
berbagai kalangan filsuf dianggap sebagai suatu cabang filsafat yang sangat
penting dan mesti dipelajari secara mendalam. Filsafat tentunnya sangat berbeda
dengan ilmu karena untuk mengkaji dan mengetahui apakah sesuatu itu adalah ilmu
ternyata dasarnya adalah dengan jalan berfikir secara mendalam atau
berkontemplasi.
Dalam perumusan suatu ilmu ataupun pengetahuan sebelum secara konkrit disebut
sebagai ilmu dan pengetahuan tentunya ada rumusan yang dianggap mampu
memberikan nilai-nilai yang mendekati suatu kesempurnaan berfikir sehingga pada
akhirnya sesuatu itu dikatakan sebagai ilmu atau pengetahuan. Dalam kajian
itupula ternyata harus melalui suatu proses yang oleh parah ahli disebut
berfilsafat.
Filsafat secara umum adalah sebagai
ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran, secara khusus terdapat banyak perbedaan pendapat dapat dilihat dari
berbagai segi yaitu menggunakan rationalisme atau mengagungkan akal,
materialisme atau mengagungkan materi, idealisme atau mengagungkan ide, hedonisme
mengagungkan kesenangan dan atau stocisme mengagungkan tabiat saleh.[1]
Filsafat ilmu dan filsafat tidak dapat
dipisahkan bahkan jikalau diibaratkan keduanya seperti mata uang logam atau dua
sisi yang saling terkait. Untuk memahami secara umum kedua sisi tersebut maka perlu
pemisahan dua hal itu yaitu filsafat ilmu disatu sisi sebagai
disiplin ilmu dan disisi lain sebagai
landasan filosofis bagi proses keilmuan.
Sebagai
sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang
membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat dan
karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya dan filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses
keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Secara
sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan
bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai kedasar suatu persoalan, yakni
berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman
deskriptif, evaluatif, interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa
Asy’ari menyatakan bahwa filsafat adalah berfikir bebas, radikal, dan berada
pada dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalang-halangi kerja
pikiran. Radikal artinya berfikir sampai ke akar-akar masalah (mendalam) bahkan
sampai melewati batas-batas fisik atau yang disebut metafisis. Sedang berfikir
dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan suatu yang terkandung
didalamnya. Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran, keindahan
ataupun kebaikan.
Sedangaka Ilmu dapat disimpulkan
sebagai sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu
sistematik, rasional, empiris, universal, obyektif, dapat diukur, terbuka dan
komulatif (tersusun timbun)[2]
Dalam gambaran tntang filsafat dan ilmu diatas maka dalam
penulisan makalah ini di berikan judul “HUBUNGAN
FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN”
1.2.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah bagaimana kajian filsafat terhadap filsafat ilmu
pengetahuan.
1.3.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam
makalah ini adalah
Untuk mengetahui
kajian filsafat terhadap Filsafat ilmu pengetahuan.
`BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Tentang filsafat
2.1.1 Sejarah Penemuan
filsafat
Filsafat dalam pandangan barat diperkirakan muncul pada abad ke- 7 sebelum masehi di
yunani. dalam Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam,
dunia, dan lingkungan disekitar mereka
dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul
di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia,
Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di
daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang
lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah
Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof
Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentarkomentar
karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada
sejarah filsafat.[3]
2.1.2 Filsafat
Dalam Pandangan Para Ahli
Beberapa pandangan para ahli
tentang filsafat telah terdapat dalam berbagai macam literatur dan hampir semua
disiplin ilmu, bahasan tentang filsafat adalah salasatu objek telaah yang menarik
untuk didiskusikan. Berikut beberapa pandangan:
Phytagoras 572-497 SM
Ditasbihkan sebgai orang yang
pertamakali menggunakan kata fhilosofia yangberarti pecinta kebijaksanaan
(lover of wisdom) bukan kebijaksanaan itu sendiri.
Menurut
Descartes (1596–1650),
filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia
menjadi pokok penyelidikannya.
Pudjo
Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,
Istilah dari
filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman
akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam
kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa
Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Plato
( 428 -348 SM )
Filsafat tidak
lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Aristoteles
(384 – 322 SM)
Filsafat
adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Bahwa
kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan
demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab
telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Al
Farabi
Filsafat
adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.
Cicero
( (106 – 43 SM )
Filsafat
adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Johann
Gotlich Fickte (1762-1814 )
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari
ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Imanuel
Kant ( 1724 – 1804 )
Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan
yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1. Apakah
yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2. Apakah
yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3. Sampai
dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
4. Apakah
yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro
Filsafat
menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang
tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Driyakarya
Filsafat
sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan
berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa
yang penghabisan “.
Sidi
Gazalba
Berfilsafat
ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu
yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
Harold
H. Titus (1979 )
Filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; Filsafat adalah
suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; Filsafat adalah
analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah
yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli
filsafat.
Hasbullah
Bakry
Ilmu Filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan
itu.
Prof.
Mr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah
pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya
itu dialamiya kesungguhan.
Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Filsafat ialah
usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara
sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal,
integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki
(pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
filsafat secara umum adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran, secara khusus terdapat
banyak perbedaan pendapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu menggunakan
rationalisme atau mengagungkan akal, materialisme atau mengagungkan materi,
idealisme atau mengagungkan ide, hedonisme mengagungkan kesenangan dan atau
stocisme mengagungkan tabiat saleh.
2.2. Tentang Ilmu
Pengetahuan
2.2.1 Pengertian ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu,
‘ilman yang berarti mengetahui,memahami dan mengerti benar-benar.
Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang
berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui).
Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme
(pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu (Kamus Bahasa
Indonesia, 1998)
Encyclopedia Americana
Dalam
Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dans istematis.
Paul Freed man
dalam
The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas
manusia yang dengan melakukan nya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan
senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan
kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan
mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
S.ornby
mengartikan
ilmu sebagai susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian
dan percobaan dari fakta-fakta.
Poincare
Menyebutkan
bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi.
Tidak dapat di pungkiri bahwa dalam proses untuk
memperole suatu ilmu adalah dengan melalui pedekatan filsafat.
Menurut
Dr.Slamet Ibrahim.Pada zaman Plato sampai pada masa Al-Kindi, batas antara filsafat
dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang filosof (ahli filsafat)
pasti menguasai semua ilmu pengetahuan. Perkembangan daya berfikir manusia yang
mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh perkembangan ilmu yang
didukung oleh teknologi. Wilayah kajian filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan
degan wilayah kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi.
Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih praktis. Padahal
filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas, umum, dan universal
dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga filsafat dapat ditempatkan
pada posisi dimana pemikiran manusia tidak mungkin dapat dijangkau oleh ilmu.[4]
2.2.2 Tujuan Ilmu dalam lingkup filsafat ilmu
Ilmu pengetahuan adalah salah satu objek kajian dari filsafat
ilmu yang merupakan cabang dari filsafat. Yang
dimaksud dengan filsafat ilmu adalah studi sistematik mengenai sifat hakikat
ilmu,khususnya yang berkenaan denganmetodenyadan kedudukannyadidalam skema umum
disiplin ilmu.Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat
ilmu dapatlah dicermati rangkuman ranah telaah yang tercakup dalam filsafat
ilmu, seperti berikut :
Filsafat
ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu
tertentu, terhadap symbol-symbol yang digunakan, dan terhadap struktur
penalaran tentang system symbol yang digunakan. Telaah kritis diarahkan untuk
mengkaji ilmu empirik dan juga ilmu rasional, juga untuk membahas studi-studi
bidang etika dan estetika, studi sejarah, antropologi, geologi dll.
Metode yang
diangkat biasanya dinyatakan dengan istilah induktif, deduktif, hipotesis,
data, penemuan dan verifikasi. Selanjutnya secara mendalam dinyatakan dengan
istilah ekperimentasi, pengukuran, klasifikasi, dan idealisasi.
Filsafat
ilmu adalah suatu upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep dan
upaya membuka tabir dasar-dasar empiris (ke-empirisan) dan dasar-dasar rasional
(ke-rasionalan). Aspek filsafat sangat erat hubungannya dengan hal ihwal yang
logis dan etimologis. Sehingga peran yang dilakukan adalah ganda. Pada sisi
pertama filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap “anggapan dasar”,
seperti waktu, ruang, jumlah /kuantitas, mutu/kualitas dan hukum. Sisi lain
filsafat ilmu menelaah keyakinan menganai penalaran proses-proses alami.
Filsafat
ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri dari beberapa kajian, yang diajukan
untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Juga berperan untuk
menganalisis hubungan atau antar hubungan yang ada pada kajian satu terhadap
kajian yang lain.
Tujuan filsafat ilmu adalah
-
Mendalami unsur-unsur
pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memeahami sumber, hakikat dan
tujuan ilmu
-
Memahami sejarah
pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,sehingga kita
mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
-
Menjadi pedoman bagi
para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama
untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
-
Mendorong pada calon
ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
-
Mempertegas bahwa
dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentagan.[5]
2.3. Hubungan Antara Filsafat Dengan Ilmu
Pengetahuan
Gerard Beekman
dalam bukunya (1973) filsafat, para filsuf, berfilsafat menyatakan bahwa
filsafat memainkan peranan dalam hubungannya dengan semua ilmu pengetahuan.
Filsafat tidak harus mengirim imformasi dari sisi ilmu pengetahuan, tapi harus
memberikan ilmu pengetahuan.[6]
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu berbagai pengertian tentang filsafat dan ilmu
sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka berikutnya akan tergambar pula. Pola hubungan antara ilmu dan filsafat. Pola relasi ini
dapat berbentuk persamaan antara ilmu dan filsafat, terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas
antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof
pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan pikir manusia yang mengembangkan
filsafat pada tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan
loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam daya
perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan
kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian
filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal
perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu,
tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat
tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan ole manusia. Sebab
manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan
filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian? Ilmu telah
menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara
sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari
gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen.[7]
Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen
sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran
filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan
demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem
pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian
dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.
Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang
pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan
yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh)
dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Lalu jika
demikian, dimana saat ini filsafat harus ditempatkan?
Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada
posisi maksimal pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu
dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan
melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia
yang memiliki sifat untuk terus maju.
Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat
pasteriori. Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara
berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya
percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat
bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab
filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti
dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini
juga dimiliki ilmu.
Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh
filsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan
melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan
demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof.
Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni
menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu,
maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan.
Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun
demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas
mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer, dapat dilanjutkan oleh
cara kerja berpikir filosofis.
Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan
filsafat serta cara kerja ilmuwan dan filosofis, memang mengandung sejumlah
persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan,
sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan.
Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana
menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan
bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan kemana
akhirnya.
Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa
filsafat di satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan,
namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir
ilmuwan.
Filsafat yang
sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi
pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang
lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi
dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu.
Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu
cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan
persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri,
lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang
disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang
melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu.
Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan
Ilmu
Persamaan dan Perbedaan
|
filsafat
|
Ilmu
|
ü
Keduanya mencari Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelidiki obyek yang
selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
|
ü
|
ü
|
ü
Keduanya memberikan pengertian
mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian ayng kita
alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya
|
ü
|
ü
|
ü
Keduanya hendak memberikan
sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
|
ü
|
ü
|
ü
Keduanya mempunyai metode dan
sistem.
|
ü
|
ü
|
ü
Keduanya hendak memberikan
penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia
(obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
|
ü
|
ü
|
[1] Hj.Marsiyem,SH.,MH. disampaikan
dalam kuliah pada fakultas hukum program
magister ilmu hukum Unissula dalam kumpulan materi filsafat ilmu Tanggal 28
januari 2012.
[2] Hj. Marsiyem.SH.,MH.
disampaikan dalam kuliah pada fakultas
hukum program magister ilmu hukum Unissula dalam kumpulan materi
filsafat ilmu Tanggal 28 januari 2012.
kesimpulannya mana mas
BalasHapusanalisisnya belum ada, kemudian kritik sosial pada dunia pengetahuan di indonesia apa sebaiknya langkah yang perlu diambil pihak akademi maupun pemerinyah
BalasHapusNice for Sharing....
BalasHapusBy. Obat Pembesar Penis | Vimax Asli | Pembesar Penis